Meski namanya tidak seterkenal sahabat Nabi lainnya, Sya’ban Radhiyallahu ‘Anhu menyimpan kisah hidup yang kaya akan hikmah. Ia dikenal dengan kebiasaan uniknya, yaitu datang ke masjid lebih awal sebelum waktu sholat, dan memilih tempat di pojok masjid agar tidak mengganggu jamaah lainnya.
Namun, di penghujung hidupnya, Sya’ban RA mengalami penyesalan yang dalam saat menghadapi sakaratul maut.
Pada suatu pagi Rasulullah SAW dan para sahabat tengah melaksanakan sholat Subuh berjamaah di masjid. Namun, ada yang berbeda hari itu. Sya’ban RA tidak terlihat hadir di masjid.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam ternyata menyadari hal tersebut. Rasulullah memutuskan untuk menunggu Sya’ban RA sejenak. Namun, setelah menunggu cukup lama, Rasulullah SAW memutuskan untuk melaksanakan sholat Subuh bersama para sahabat tanpa kehadiran Sya’ban RA.
Ketika sholat selesai, rasa cemas Rasulullah SAW semakin menjadi karena Sya’ban RA masih belum hadir di masjid. Beliau kemudian meminta seorang sahabat untuk mengantarkannya ke rumah Sya’ban RA.
Sesampainya di sana, sang istri dengan wajah sedih memberitahukan bahwa Sya’ban RA telah meninggal dunia. Tak hanya itu, sang istri juga mengungkapkan tentang teriakan Sya’ban RA saat sakaratul maut, “Aduh, kenapa tidak lebih jauh. Aduh, kenapa tidak yang baru. Aduh, kenapa tidak semua.”
Setelah itu Rasulullah SAW menjelaskan bahwa teriakan itu datang ketika Sya’ban RA melihat gambaran hidupnya dan perbuatan-perbuatannya selama ini, yang ditampakkan kepadanya di saat-saat terakhir hidupnya.
Tiga Hal yang Disesali oleh Sya’ban
Saat sakaratul maut, Sya’ban RA mengungkapkan penyesalan mendalam dengan teriakan yang menggambarkan tiga hal yang tidak sempat ia lakukan dengan maksimal selama hidupnya. Berikut adalah tiga hal yang sangat ia sesali:
-
Tidak Memiliki Rumah yang Lebih Jauh dari Masjid
Sya’ban RA menyesal karena tidak memiliki rumah yang lebih jauh dari masjid. Ia berteriak, “Aduh, kenapa tidak lebih jauh,” karena setiap langkah menuju masjid dihitung sebagai pahala. Ia merasa bahwa semakin jauh jarak antara rumah dan masjid, semakin banyak pahala yang bisa ia raih.
-
Tidak Memberikan Baju Baru pada Orang yang Membutuhkan
Sya’ban RA juga menyesali tidak memberikan baju baru kepada orang yang ditemuinya dalam keadaan kedinginan. Ia berteriak, “Aduh, kenapa tidak yang baru,” karena saat itu ia hanya memberi pakaian bekas yang sudah dikenakannya, padahal ia merasa seharusnya memberi baju yang lebih baru untuk orang lain.
-
Tidak Memberikan Semua Roti kepada Orang yang Kelaparan
Hal terakhir yang ia sesali adalah tidak memberi semua roti miliknya kepada orang yang sedang kelaparan. Ia berteriak, “Aduh, kenapa tidak semua,” karena saat itu ia hanya memberikan sebagian dari roti yang ia miliki.
Kisah Sya’ban RA menjadi pengingat betapa pentingnya amal perbuatan dan penyesalan yang datang di akhir hayat. Ia adalah contoh nyata dari sahabat Nabi yang menyesal saat menghadapi ajal, menyadari betapa singkatnya waktu dan betapa sedikit amal yang telah ia lakukan.
Kisah ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga amal ibadah dan memperbanyak kebaikan, karena kita tidak pernah tahu kapan waktu kita dipanggil Allah akan tiba.
Sumber : Kemenag dan Akhyar TV